Buku Islam

https://i0.wp.com/www.bukusaku.net/wp-content/uploads/2011/11/10.jpg

Jika anda orang yang agak malas dengan yang namanya membaca buku, apalagi buku yang tebal. Saya rasa Buku Islam terbitan LBKI adalah pilihan yang tepat.

LBKI adalah singkatan dari Lembaga Buku Kecil Islami, yang berlokasi di Jl. Purnama Cimanglid, Sukamantri Tamansari – Bogor.

Yang Merupakan sebuah perusahaan penerbitan dan memfokuskan diri dalam pembuatan dan penyebaran Buku Islam berukuran kecil agar tidak memberatkan pembacanya dan mudah dipahami.

Semangat untuk menyebarkan dakwah Islam yang murni dengan Buku Islam yang ringkas, mudah dipahami dan murah menjadi inspirasi bagi LBKI untuk terus berkarya demi masa depan umat yang cemerlang.

Buku Islam Terbitan LBKI adalah secercah cahaya yang menerangi gelapnya pengetahuan tentang agama Islam. Dengan bahasa yang mudah dipahami, ringkas dan menggugah, buku ini pasti bermanfaat.

Sejak awal berdirinya, LBKI telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan percetakan buku. Diantaranya adalah PT Malta Pritindo, CV. Ridwana dan CV. Kholam.

Untuk mendistribusikan Buku Islam terbitan LBKI kepada konsumen, LBKI telah bekerja sama dengan PT Dakota dan Tiki JNE. Sedangkan untuk pembayarannya, LBKI telah bekerjasama dengan beberapa bank yaitu BCA, Bank Syariah Mandiri, BRI, BNI Syariah, dan Bank Muamalat.

Meskipun LBKI termasuk baru dalam dunia penerbitan buku, LBKI sudah memiliki beberapa prestasi. Diantaranya adalah penerbitan buku kecil pertama di Indonesia yang khusus mencetak Buku Islam berukuran saku dan mampu menjual rata-rata 6.500 paket/bulan atau 70.000 paket/tahun.

Shalat Gerhana

Islam adalah agama yang sempurna. Segala hal yang ada di dunia ada aturan dan tata caranya, dan semua itu demi kebaikan manusia sendiri. Islam mengatur segala hal, bahkan termasuk fenomena alam seperti gerhana. Setiap kali melihat gerhana, umat muslim dianjurkan untuk melakukan shalat gerhana dua rakaat.

Hukum shalat gerhana ini adalah sunnah muakkad, atau sunnah yang hampir wajib. Meski begitu, tidak ada dosa bagi yang tidak sempat melaksanakannya.

Shalat gerhana ada dua, yaitu shalat kusuf, sewaktu melihat fenomena gerhana matahari, dan shalat khusuf, waktu melihat gerhana bulan. Shalat ini disebut juga shalat kusufain, dan dilakukan Rasulullah dan pengikutnya di dalam masjid, tanpa harus diawali dengan adzan dan iqamat.

Landasan Dalil Shalat Gerhana

Dari Al-Mughirah bin Syu’bah RA, berkata, ”Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw. saat kematian Ibrahim”. Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya terjadi gerhana bukan karena kematian seseorang dan tidak karena kelahiran seseorang. Ketika kalian melihatnya, maka berdoalah pada Allah dan shalatlah sampai selesai.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Dari ‘Aisyah RA, istri Nabi saw. berkata, “Terjadi gerhana matahari dalam kehidupan Rasulullah saw. Beliau keluar menuju masjid, berdiri dan bertakbir. Sahabat di belakangnya membuat shaff. Rasulullah saw. membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang panjang, kemudian takbir, selanjutnya ruku dengan ruku yang panjang, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, “Sami’allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu”. Setelah itu membaca dengan bacaan yang panjang, lebih pendek dari bacaan pertama. Kemudian takbir, selanjutnya ruku lagi dengan ruku yang panjang, tetapi lebih pendek dari ruku’ pertama. Kemudian berkata, ”Sami’allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu.” Selanjutnya sujud. Dan seterusnya melakukan seperti pada rakaat pertama, sehingga sempurnalah melakukan shalat dengan empat ruku dan empat sujud. Dan matahari bercahaya kembali sebelum mereka meninggalkan tempat. Seterusnya Rasul saw bangkit berkhutbah di hadapan manusia, beliau memuji Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya. Rasul saw. bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Kedua gerhana itu tidak terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang. Jika kalian melihatnya bersegeralah untuk shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Tata Cara Shalat Gerhana

Sesudah menyucikan diri dengan air wudlu, yang pertama harus dilakukan adalah melafalkan niat dalam hati. Bacaan niatnya hampir sama dengan shalat sunnah lainnya, dan yakini dalam hati kalau melakukan shalat gerhana semata-mata karena Allah Ta’ala. Shalat gerhana juga lebih diutamakan dilakukan berjamaah, sama seperti shalat tarawih.

Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat, dengan dua ruku’ dan dua sujud di tiap rakaatnya. Tata caranya, yang pertama, lakukan takbiratul ihram dan bacalah Al-Fatihah seperti shalat lainnya, hanya saja bacalah surat Al-Fatihah dengan suara keras (sesuai hadist Nabi yang diriwayatkan Bukhari Muslim).

Kemudian lakukan ruku’ dan i’tidal. Tapi sesudah membaca i’tidal, posisikan diri dengan bersedekap seperti sesudah melakukan takbiratul ihram. Baca lagi surat Al-Fatihah dan surat lain yang lebih panjang, dan lakukan gerakan lain persis sebagaimana shalat fardu, sampai menyelesaikan sujud rakaat pertama.

Lalu di rakaat kedua, lakukan gerakan persis seperti di rakaat pertama. Sesudah salam, lakukan dzikir sambil berdoa seperti biasa.

Duhai Sang Mujahid Dakwah, Kematianmu Sungguh Indah

Sebuah kisah seorang sahabat serta guru kita dalam menuntut ilmu Islam, yang wafat dalam membela Dakwah di Jalan Alloh. Semoga Alloh merahmati dan menempatannya dalam Syurga nan mulia.

Waktu menunjukan pukul 19.30, ya sudah saatnya saya berangkat. Berangkat dalam misi amanah ini, walau tubuh terasa berat, dan sedikt meriang, namun tak ada waktu untuk bermalas-malasan dan menunda kesempatan ini, kesempatan untuk terjun langsun dalam mengusung dakwah kemurnian.

Starting point keberangkatan di masjid Ali bin abi Thalib, jam 20.00. Dan semua panitia dan pengisi BBSM (Ust. Ridwan rahimahulloh) sudah ada di tempat. Dan saatnya kami pergi menuju lamongan. Ya..dengan kendaraan seadanya pada wkatu itu, namun tidak sama sekali mengurungkan misi nan suci ini, lalu kami pun berangkat dengan mobil carry merah (mobil inventaris). Jauhnya perjalanan merupakan hal yang biasa bagi kami, sedikitnya bisa menjadikan kami lebih teguh,  belum lagi cuaca malam yang sulit sekali diprediksi. Continue reading

Tegaklah di Jalan Dakwah

Tegaklah di Jalan Dakwah ini, karena jalan ini yang diemban oleh para Nabi dan Rasul Alloh. Selain jalan ini pastilah kita mendapat kesengsaraan. Lihatlah berapa banyak para pencari harta dunia yang tidak mementingkan akhiratnya tidak pernah merasakan kebahagiaan akibat kesibukannya mencari harta hingga ajal menjemput tanpa sempat melakukan kebaikan. Teruslah Istiqamah di Jalan Dakwah ini wahai Pejuang Alloh !!!

Seperti Rasul telah kabarkan dalam hadistnya,

Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Aditya Pratama Putra Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051).

4 menit yang lalu ·