Islam adalah agama yang sempurna. Segala hal yang ada di dunia ada aturan dan tata caranya, dan semua itu demi kebaikan manusia sendiri. Islam mengatur segala hal, bahkan termasuk fenomena alam seperti gerhana. Setiap kali melihat gerhana, umat muslim dianjurkan untuk melakukan shalat gerhana dua rakaat.
Hukum shalat gerhana ini adalah sunnah muakkad, atau sunnah yang hampir wajib. Meski begitu, tidak ada dosa bagi yang tidak sempat melaksanakannya.
Shalat gerhana ada dua, yaitu shalat kusuf, sewaktu melihat fenomena gerhana matahari, dan shalat khusuf, waktu melihat gerhana bulan. Shalat ini disebut juga shalat kusufain, dan dilakukan Rasulullah dan pengikutnya di dalam masjid, tanpa harus diawali dengan adzan dan iqamat.
Landasan Dalil Shalat Gerhana
Dari Al-Mughirah bin Syu’bah RA, berkata, ”Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw. saat kematian Ibrahim”. Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya terjadi gerhana bukan karena kematian seseorang dan tidak karena kelahiran seseorang. Ketika kalian melihatnya, maka berdoalah pada Allah dan shalatlah sampai selesai.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dari ‘Aisyah RA, istri Nabi saw. berkata, “Terjadi gerhana matahari dalam kehidupan Rasulullah saw. Beliau keluar menuju masjid, berdiri dan bertakbir. Sahabat di belakangnya membuat shaff. Rasulullah saw. membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang panjang, kemudian takbir, selanjutnya ruku dengan ruku yang panjang, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, “Sami’allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu”. Setelah itu membaca dengan bacaan yang panjang, lebih pendek dari bacaan pertama. Kemudian takbir, selanjutnya ruku lagi dengan ruku yang panjang, tetapi lebih pendek dari ruku’ pertama. Kemudian berkata, ”Sami’allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu.” Selanjutnya sujud. Dan seterusnya melakukan seperti pada rakaat pertama, sehingga sempurnalah melakukan shalat dengan empat ruku dan empat sujud. Dan matahari bercahaya kembali sebelum mereka meninggalkan tempat. Seterusnya Rasul saw bangkit berkhutbah di hadapan manusia, beliau memuji Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya. Rasul saw. bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Kedua gerhana itu tidak terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang. Jika kalian melihatnya bersegeralah untuk shalat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Tata Cara Shalat Gerhana
Sesudah menyucikan diri dengan air wudlu, yang pertama harus dilakukan adalah melafalkan niat dalam hati. Bacaan niatnya hampir sama dengan shalat sunnah lainnya, dan yakini dalam hati kalau melakukan shalat gerhana semata-mata karena Allah Ta’ala. Shalat gerhana juga lebih diutamakan dilakukan berjamaah, sama seperti shalat tarawih.
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat, dengan dua ruku’ dan dua sujud di tiap rakaatnya. Tata caranya, yang pertama, lakukan takbiratul ihram dan bacalah Al-Fatihah seperti shalat lainnya, hanya saja bacalah surat Al-Fatihah dengan suara keras (sesuai hadist Nabi yang diriwayatkan Bukhari Muslim).
Kemudian lakukan ruku’ dan i’tidal. Tapi sesudah membaca i’tidal, posisikan diri dengan bersedekap seperti sesudah melakukan takbiratul ihram. Baca lagi surat Al-Fatihah dan surat lain yang lebih panjang, dan lakukan gerakan lain persis sebagaimana shalat fardu, sampai menyelesaikan sujud rakaat pertama.
Lalu di rakaat kedua, lakukan gerakan persis seperti di rakaat pertama. Sesudah salam, lakukan dzikir sambil berdoa seperti biasa.